MANTRA
SEBAGAI KEKUATAN BATIN DAN WARISAN DARI PARA LELUHUR
Oleh
: chasim casico
Pada zaman dahulu kala sebelum mengenal tulis
menulis, sebuah cerita yang disampaikan hanya dari mulut kemulut (leluri),
cerita yang disampaikan berupa dongeng, sisindiran dan mantra (yang dipercaya
untuk mengobati berbagai jenis penyakit). Peninggalan nenek moyang yang hingga
sampai saat ini masih ada bagi si pemakainya seperti matra misalnya, para
dongkol dan petua-petua yang masih hidup hingga saat ini dan usianya berkisar 65-95
tahun. Dari sanalah saya bisa mencari dan meneliti apa saja yang melatar
belakangi sejarah masa lampau khususnya di daerah saya sendiri. Konon katanya
bahwa mantra bagi mereka adalah warisan dari leluhur yang sangat berharga dan
bermanfaat karena mantralah sebagai jalan terbaik untuk mengobati berbagai
macam penyakit, selain dari pada itu mantra juga bisa untuk menjaga diri dari
sagala ancaman para Roh-roh jahat, bahkan bisa juga untuk mengundangnya. Sulit
untuk kita pahami sebab mantra adalah kekuatan yang sangat kekal sebagai
warisan yang mungkin saja suci bagi mereka yang mengamalkannya. Perlu diketahui
bahwa mantra atau jampe-jampe sampai ini masih menyatu dalam kehidupan yang
sudah modern ini. Seperti para petua yang sudah berusia sekitar 65-95 masih
kuat berdiri dan bisa menyampaikan berbagai informasi penting dari masa lalu,
asal-usul sebuah pemukiman atau perkampungan, masa penjajahan dan sebagainya. Memang
sulit kalau misalnya kita mengartikan sebuah arti mantra atau jampe-jampe sebab
kata-katanya yang kadang-kadang sulit untuk kita pahami. Jika dibandingkan
dengan puisi lama misalnya pantun, talibun, gurindam, syair dan sebagainya. Ada
sedikit persaman misalnya dalam diksi, majas.
Dibawah ini ada beberapa mantra atau jampe-jampe
yang dijadikan sebagai kekuatan para sesepuh untuk mengobati bahkan sebagai
pegangan hidupnya.
Bismilahirohmannirohim
Sungsuam pada sungsuam
Getih pada getih
Tulang pada tulang
Urat pada urat
Daging pada daging
Kulit pada kulit
Bulu kiang pada bulu kiang
Waras nu ngajampe waras nu dijampe
Waras kupangeranna
Rep sirep
Jampe
ini bisa menyembuhkan penyakit luka pada kulit seperti terkena goresan pisau,
bahkan jatuh dari pohon dan akhirnya terluka. Meskipun pada kenyataannya
sebagian orang menganggap bahwa ini tahayul. Tapi sebagian orang mengatakan
bahwa ini ada penting. Dilihat dari baitnya ini sangat erat hubungannya antara
sungsuam, getih, tulang, urat, daging, kulit, bulu kiang ini memang memiliki satu kesatuan yang
melekat dan ada pada tubuh kita. Semua telah bercampur menjadi satu yang
melekat dalam tubuh kita mulai dari darah, tulang, daging kulit sampai pada
bulu. Kalau kita teliti diksi atau pemilihan kata ini mempunyai irama jika
dalam sebuah pantun atau syair.
Dibawah
ini adalah jampe yang konon katanya mujarab untuk obat batuk. Telah menjadi
kepercayaan orang-orang dahulu hingga saat ini oleh sebagian orang. Jampe ini
masuk kedalam foklor lisan tetapi saya rubah menjadi sebuah foklor setengah
lisan. Jampe ini konon kata nenek yang saya tanyakan sampai saat ini belum ada
yang menuliskannya dalam sebuah tulisan. Karena memang adatnya bisa tidak bisa
menghafal jampe ini harus diingat atau ditalar oleh otak.
Nini ampeg-ampeg
Aki ampeg-ampeg
Ulah ampeg na hulu hate
Nini untang-untang
Aki untang-untang
Ulah muntang na birit bujal
Muntangna na birit wahangan
Waras nu ngajampe waras nu dijampe
Rep sirep
Dibawah
ini adalah jampe kelat supa berem. Jelasnya saya masih penasaran dengan jampe
ini.
Nini berem tenge
Aki berem tenge
Ulah tunga-tenge
Ka umat manusa
Tunga-tenge ka pucuk sereh
Waras nu dijampe waras nu ngajampe
Rep sirep
Dibawah ini adalah jampe kesambet. Sebuah
kepercayaan kampung kami yang percaya bahwa adanya sandekala bunting, yang
konon katanya kalau kita pergi kesebuah tempat yang terlarang dengan tidak
sengaja maka kita akan kesambet oleh makhluk halus, kencing sembarang tempat
atau bahkan kalau misalnya keluar pas “sarepna” tiba. Dan ini sebagai
penangkalnya.
Nini ucek-ucek
Aki ucek-ucek
Ulah ucek-ucek na papasu
Ucek-ucekna na pucuk sereh
Waras nu dijampe waras nu ngajampe
Rep sirep
Baju aing baju sutra
Di gulung-gulung dibuka
Di buka di jalma rea
Di jele ti gigir lenggik
Di jele ti harep siep
Di jele ti tukang lenjang
Te kasiep te kawelah
Tebetan riga, raga aing sorangan
Cahya saha cahya aing
Pang cahyana
Dalam mantra ini konon katanya mempunyai kekuatan
yang akan menjadikan kita lebih bercahaya dalam memakai berbagai pakaian. Sebab
pada masa dulu sebelum ada kosmetik dan salon seperti zaman sekarang. Mantra
ini dipercaya untuk mengubah gaya berpakaian kita, wajah kita menjadi lebih
bercaya lagi, sebab kepercayaannya itu mantra ini menjadi sebuah ilmu mujarab
bagi si pemakainya.
Dari
beberapa mantra diatas hanya sebagai gambaran saja, bahwa nilai tradisi suatu
tempat ini masih ada dan belum hilang, sebagian orang percaya bahwa dengan
begitu mereka akan dapat menjaga dirinya dari berbagai godaan dan ancaman
dimuka bumi ini. Percaya atau tidak percaya itu adalah sebuah pilihan. Yang
penting kita menyikapinya dengan pikiran yang positif.