Menganalisis naskah drama “Pagi Bening” karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quentero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono? oleh chasim casico
Menganalisis naskah drama “Pagi Bening” karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quentero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono? oleh chasim casico
a. Unsur-unsur
pembangunan naskah;
b. Nilai-nilai
yang terkandung;
c. Pemakaian
bahasa (diksi dan gaya bahasa) dan
d. Pertimbangan
bahan ajar.
A.
Unsur Intrinsik dalam Naskah “Pagi Bening”
1.
Alur/Plot
Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita
yang berisi kejadian tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam
sebuah cerita. Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu
peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam
Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat
dan peristiwa yang lain.
Alur
disebut juga plot. Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa berdasarkan
hubungan waktu dan hubungan sebab- akibat. Sebuah alur cerita juga harus
menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir
(penyelesaian). Alur cerita terjalin dari rangkaian ketiga unsur, yaitu dialog,
petunjuk laku, dan latar/setting. Sebuah alur dapat dikelompokkan dalam
beberapa tahapan, sebagai berikut.
a.
Pengenalan
Pengenalan
merupakan bagian permulaan pementasan drama, pengenalan para tokoh (terutama
tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan masalah yang akan dihadapi
penonton.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!.
( DONNA
LAURA MASUK, BERPEGANGAN TANGAN PADA PETRA. TANGANNYA YANG LAIN MEMBAWA PAYUNG
YANG JUGA UNTUK TONGKATNYA ).
b.
Pertikaian
Setelah tahap
pengenalan, drama bergerak menuju pertikaian yaitu pelukisan pelaku yang mulai
terlibat ke dalam masalah pokok.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
LAURA : (marah). Awas hati-hati!
GONZALO : Apa Senora
berbicara dengan saya?
LAURA : Ya, dengan
tuan!
GONZALO : Ada apa?
LAURA : Tuan
menakut-nakuti burung-burung merpati saya!
GONZALO : Peduli apa
burung-burung itu!
LAURA : Apa, ha?
GONZALO : Ini taman umum, Senora!
LAURA : Tapi kenapa
tadi tuan mengutuki pendeta-pendeta di sana itu?
GONZALO : Senora, tapi
kita belum pernah jumpa! Dan kenapa tadi Senora menegur saya? Ayo, juanito! (melangkah ke kanan)
LAURA : Buruk amat
perangai si tuan itu! Kenapa orang mesti jadi tolol dan pandir kalau sudah
meningkat tua? (melihat ke kanan).
Syukur. Ia tidak mendapat bangku! Itu, orang yang menakut-nakuti
merpati-merpatiku. Ha, ia marah-marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat!
Aduh, kasihan, ia menyeka keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-debu
mengepul seperti kereta lewat! (juanito
dan gonzalo masuk)
Pada kutipan di atas
terlihat bahwa drama sudah mulai masuk ke dalam tahap pertikaian atau konflik.
Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa ada bahaya yang menghampiri
mereka.
c.
Puncak
Pada tahap ini pelaku
mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan dibina untuk menjadi
lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang hingga menjadi
krisis. Pada tahap ini penonton dibuat berdebar, penasaran ingin
mengetahui penyelesaiannya.
Perhatikan
petikan drama berikut ini!
LAURA : Maricella. Apa
tuan pernah mendengarnya?
GONZALO : Tak asing lagi
nama itu ... ah, kita tambah tua tambah pelupa ... di Villa itu dulu ada
seorang wanita paling cantik yang pernah saya lihat dan saya kenal. Dan namanya
... O ya, Laura Liorento!
LAURA : (kaget) Laura Liorento?
GONZALO : Benar (mereka saling tatap)
LAURA : (sadar lagi) Ah, tak apa-apa, hanya
mengingatkan saya pada teman karib saya.
GONZALO : Aneh juga.
LAURA : Memang aneh!
Dia diberi sebutan “ Perawan Bagai Perak”.
GONZALO : Tepat, “Perawan
Bagai Perak”. Nama itulah yang terkenal di sana. Sekarang saya seperti
melihatnya kembali di jendela di antara kembang mawar merah itu. Nyonya ingat
jendela itu?
LAURA : Ya, saya ingat
itulah jendela kamarnya.
GONZALO : Dulu dia suka
berjam-jam di jendela.
LAURA : (melamun) Ya, memang dulu dia suka begitu.
Pada kutipan di atas
dapat dilihat bahwa puncak masalah itu adalah ketia Laura terkejut dengan
pernyataan-pernyataan yang diucapkan Gonzalo sewaktu ia masih tinggal di Villa
Maricella.
d.
Penyelesaian
Pada tahap ini
dilukiskan bagaimana sebuah drama berakhir dengan penyelesaian yang menggembirakan
atau menyedihkan. Bahkan dapat pula diakhiri dengan hal yang bersifat
samar sehingga mendorong penonton untuk mengira-ngira dan memikirkan
sendiri akhir sebuah cerita.
Perhatikan penggalan
teks drama berikut ini!
LAURA : Tak salah,
dialah Gonzalo!
GONZALO : (ke samping) Tak salah, dialah Laura!
(mereka masing-masing melambaikan tangan)
LAURA : Mungkinkah dia itu benar orangnya?
GONZALO : Ya Allah,
diakah orangnya itu?
(keduanya tersenyum)
Pada tahap
penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir dengan tanda
tanya karena permasalahan itu di akhiri dengan sebuah senyuman rasa
ketidakpastian diantara keduanya. Ini semua disebabkan karena tidak adanya
kejujuran diantara mereka.
B.
Nilai Moral
Dalam karyanya,
pengarang pasti menyampaikan sebuah amanat. Amanat merupakan pesan atau
nilai-nilai moral yang bermanfaat yang terdapat dalam
drama. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat), bisa
juga tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Apabila
penonton menyaksikan drama dengan teliti, dia dapat menangkap pesan atau
nilai-nilai moral tersebut. Amanat akan lebih mudah ditangkap jika drama
tersebut dipentaskan.
Berikut amanat yang terkandung dalam naskah drama
“Pagi Bening”:
a.
Harus
saling terbuka satu sama lain
b.
Jujur
terhadap perasaan sendiri
c.
Jadikan
masa lalu sebagai pengalaman dan kenangan.
C.
Pemakaian
Bahasa
Gaya
Bahasa
Berikut gaya bahasa yang terdapat pada drama
“Pagi Bening” :
1.
Personifikasi, adalah
semacam gaya bahasa yang menyatakan seolah-olah benda mati itu hidup.
LAURA : Adios! (memandang ke arah pepohonan). Ha,
mereka datang. Mereka tahu kapan mesti datang menemui aku (bangkit dan menyerahkan remah-remah roti).
Ini buat yang putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil
tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi
memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis.
Itu yang besar mesti lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu ...
aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu selesai mematuk terus terbang ke dahan.
Bersunyi diri. Agaknya ia suka berfilsafat. Tapi dari mana saja mereka ini
datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan
bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!
LAURA : Saya pun merasa
enak sekarang.
(KE Samping) Obat itu telah mendamaikan kami rupanya!
2.
Hiperbola, adalah
gaya bahasa yang menyatakan melebih-lebihkan.
GONZALO : Kalau tidak
percaya, tanyakan saja kepada kelinci-kelinci dan burung-burung.
LAURA : Ya, membunuh
waktu! Apa hanya waktu saja bisa tuan bunuh?
GONZALO : Ya, Senora. Tiap
Minggu saya menyandang bedil bersama anjing saya pergi ke Arazaca. Iseng-iseng
berburu! Membunuh waktu!
GONZALO : Nyonya kira
begitu? Saya bisa menunjukkan kepala beruang besar dikamar saya!
LAURA : Dan saya juga bisa
menunjukkan kepala singa di kamar tamu saya, meskipun saya bukan pemburu!
3.
Ironi, adalah
gaya bahasa yang menyatakan sindiran.
GONZALO : Juanito! Buku!
Bosan mendengarkan nonsense macam itu!
LAURA : Alangkah
sopan santun tuan ini!
D.
Pertimbangan
Bahan Ajar
Dari
Naskah “Pagi Bening” bisa menjadikan bahan pertimbangan untuk pembelajaran
mengapresiasi sekaligus mengkaji sebuah Naskah lebih konkrit dengan ketentuan
yang ada sehingga bisa dijadikan acuan, khususnya untuk kita sendiri dan
umumnya untuk bahan ajar di kelas, menganalisis naskah drama tidak akan lepas
dari unsur-unsur pembangunan naskah, penggunaan gaya bahasa, nilai-nilai yang terkandung dalam
srebuah naskah dan sebagainya. Menjadi suatu landasan penting untuk bahan ajar
yang akan menjadi acuan penting dalam kesusastraan.
2. Jawaban
a. Setelah menyaksikan pementasan drama saya bisa
mendeskripsikan sedikitnya tentang pementasan tersebut, dari mulai alur
ceritanya, judul ceritanya, peran dalam pementasan tersebut dan dimana
pementasan itu dilaksanakan. Banyak kesan yang bisa kita dapatkan setelah
menonton pementasan drama, banyak yang bisa kita dapatkan manfaatnya.
Diantaranya saya akan mendefrisikan setelah saya melihat pementasan drama:
Dapat
mengetahui unsur psikis dalam pementasan drama diantaranya mengetahui peran
protagonis ( pemeran utama/ pahlawan atau cerita yang menjadi pusat cerita),
mengetahui peran antagonis ( peran lawan, sering juga menjadi musuh yang
menyebabkan konflik), tritagonis (peran penengah, bertugas mendamaikan atau
menjadi pengantara protagonist dan antagonis) serta peran pembantu. Dan jika
pertunjukan diawalanya membuat kita kagum, kita akan betah didalam ruangan
pertunjukan drama tersebut, dan jika diawalnya sudah tidak rami atau tidak
menghibur cenderung tidak akan betah di dalam ruangan.
b. Komentar
Berhubungan dengan
komentar setelah menyaksikan pementasan drama, komentar hadir setelah kita
melihat munculnya sebuah pementasan tersebut, jika awalnya tidak berkesan maka
komentar saya pementasannya kurang menghibur, jika pementasan di awal ceritanya
menarik dan membuat saya penasaran sehingga saya bisa tetap bertahan didalam
ruangan pementasan tersebut. Pernah saya melihat pementasan drama yang berjudul
“Bunga Rumah Makan” kisahnya menarik berbaur klasik, bahkan peran atau tokoh
dalam pementasan tersebut sangat menarik, sehingga saya betah menontonnya.
3. Hal
yang saya akan perhatikan ketika mementaskan drama dan bertindak sebagai
sutradara yaitu :
a. Menentukan
nada dasar
Tugas pertama sutradara adalah
mencari motif yang meraksuk karya lakon, yang member cirri kejiwaan dan selalu
Nampak dalam penyutradaraan. Sebuah nada dasar yang bersifat ringan tidak
mendalam, menentukan atau memberikan suasana khusus, membuat lakon gembira,
mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan, memberikan prinsip dasar pada lakon,
menentukan casting. Tata dan teknik pentas : segala yang menyangkut soal tata
pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu harus disesuaikan dengan nada
dasar. Tata dan teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita,
naskah dan acting. Menyusun Mise En Scene, menguatkan atau melemahkan Scene,
menciptakan aspek-aspek laku, dan ada dua macam kedudukan sutradara jika dalam
sebuah pementasan dan hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai teknikus yaitu
dia akan mencipta pergelaran, yang menyolok. Sebagai psikolog drama yaitu
ekpresi luar atau lahirian dalam pergelaran menjadi berkurang.
Bagus banget ka
BalasHapus