Background

EMBUN PAGI, DOA SUCI DARIMU SAHABAT Oleh Chasim casico



EMBUN PAGI, DOA SUCI DARIMU  SAHABAT
Oleh : Chasim casico
Untuk : Yudhi Arie Priyanto
Dikala senja pagi aku terbangun dari lelap mimpi yang menjadi perbincangan antara malam yang gusar. Dalam malam aku merasakan pahitnya hidup ketika aku merasakan panas, dinginnya suasana tubuh, jika diibaratkan seperti dinginnya air es dan panasnya air yang mendidih di kompor gas, saat itu tubuhku menggigil bahkan selimut dan kain lima lapispun tidak cukup untuk menghangatkan tubuhku dan kalau dibuka selimut dan kain tersebut yang ada aku merasakan kedinginan. Aku sadar ketika itu aku sakit yah… sakit. Sebagaimana yang kita rasakan dikala kita merasakan sakit, tentunya susah tidur, kepala pusing dan sebagainya. Ketika malam telah menjadi perbincangan, keadaan semakin panas dan mencekam gejolak tubuh yang tidak bersahabat, sampai aku memanggilmu melalui sms.
Chasim            : Mas besok kuliah pukul berapa?
Yudhi              : Pukul 07.00
Chasim            : Aku sakit, ini juga habis dari dokter…
                          Ternyata! Penyakitku sudah komplikasi.
            Semoga dengan semangat dan cita-citaku aku tetap semangat. Hingga beriringnya waktu penyakitku bisa hilang. Jawabku.
Yudhi              : Inalillahi…sakit apa a?
Chasim            : Tolong aku mas! Aku sangat butuh bantuanmu…
Yudhi              : Sekarang dimana?
Chasim            : Di kostsan.
Yudhi              : Ya. Nanti aku kesana… sekarang mau pulang dulu. Bawa peralatan. Jawabnya.
Chasim            : Ya mas aku tunggu.
Yudhi                          : Aduh!!! Maaf a… bukannya tidak mau menolong, tadi habis acara kisi, aku ga      kuat bangun … baru bisa sekarang. Maaf a..
Chasim            : Tolong mas!!! Jika Allah memperkenankan seorang sahabat untuk menemani saya dikala sakit, semoga cita-citanya bisa terkabulkan. Aku sedang butuh bantuan.
Yudhi              : Ya. Aku kesana a, tapi mau sholat isya dulu.
Dari dialog melalui sms tersebut, sebari aku menunggu kedatangannya, sejenak rekan seorganisasi aku datang yakni Nazar, dadun dan dadan. Mereka menyapa saya. “Chasim kamu kenapa, sakit apa. Jawabku? Biasa sakit panas dingin atau demam jelasnya. Aku menyembunyikan semuanya. Mereka tidak tahu penyakit aku yang sesungguhnya. Cukup hanya aku yang tahu... mereka bertiga sangat setia menemani saya dengan suasana hening mereka berkata-kata hingga pukul 22.25 mereka masih menunggu di kost san atau peristirahatanku. Berapa selang kemudian yudhi datang membawa sebungkus roti bakar dan susu murni katanya untukku, tapi aku tidak memakannya dengan alasan mual kalau memakannya, pancaran wajah ciri khasnya yang selalu memancarkan kebijaksanaan serta memberi sedikit kata-kata yakni saran dan pesan.Yah…yang jelas aku menyimaknya dengan baik. Ada bisikan dari ketiga rekan aku… ungkapnya. Kami pulang terlebih dahulu karena waktu sudah larut tengah malam, dengan ucapan salam mereka langsung pulang.
Kesetiaan sahabat yang sulit aku katakan bahwa yudhi adalah seseorang yang paham betul akan arti setia pada sahabat, mengerti kondisi di saat sahabat sedang sedih, gembira, sakit, sehat, menderita dan bahagia, lengkaplah sudah warna kehidupanmu sahabat. Aku tidak rugi mengenalmu. Kamu yang telah mengajariku arti kesabaran, kehidupan, agama dan sebagainya. Kamu rela menemaniku sampai tidak tidur dikala aku berbaring sakit. Tengah malam kau berikanku segelas air bening beraroma doa suci, sampai aku merasakan sedikit ketenangan. Andai sahabat seperti mata pelajaran jika sempurna maka nilainya seratus, bagiku kamu lebih dari nilai seratus. Terima kasih sahabat.
Agama seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh sebab itu, telitilah dengan benar siapa yang akan dijadikan teman. “ HR. Abi Hurairah”.
Dengan kata bijak tersebut maka aku sudah teliti mempunyai sahabat sepertimu, satu agama peduli terhadap sesama.
Birds of a father, always flock together”.
Jika tidak perlu dipilih yang mana yang akan anda akan jadikan sahabat sejati. Nanti pada akhirnya, hati andalah yang akan memutuskan bahwa seseorang itu cocok dijadikan teman. Tetapi, ingat satu kali lagi ia harus berakhlak yang baik karena imam dan kebahagiaan anda  sedikit banyak akan dipengaruhi oleh sahabat anda tersebut.
Seberapa besar kebaikanmu aku tidak mungkin bisa memberikan timbale balik yang lebih kecuali dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah swt. Sahabat jadilah kamu seperti burung yang terbang bebas melesat pergi, dimana kamu bisa menjelma bumi.

LELAP
Terbangun…
Suara adzan shubuh terdengar nyaring ditelingaku serta bunyi dering alarm dengan lagu classic barat dari hand phone yudhi, aku sulit untuk bangun, bahkan badanku masih tetap saja lemas, walaupun sedikit membaik, dan yudhi yang Nampak terlihat tidur pulas sampai sulit juga untuk bangun, selang berapa menit akhirnya dia terbangun saat itu pula dia langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat shubuh. Suara cicit burung yang biasa bersiul di ranting-ranting pohon samping kamarku sudah asyik berkumandang, matahari mulai muncul memancarkan cahayanya. Aku mulai membaik, tapi tidak sebaik hari-hari biasanya. Embun pagi, doa suci darimu sahabat menguatkan aku pada satu titik kehidupan yang penuh warna. Disini di bumi ini telah banyak mengajariku arti kehidupan, sakit aku anggap sebagai sugesti. Keyakinan yang membuat aku kuat. Selagi aku masih bisa melangkah, maka aku akan melangkah sampai langkah menuju kesukseskan.
Sakit yang telah Allah berikan adalah Rizki bagiku, sejauh mana aku belajar untuk sabar, tawakal kuat dengan segala keadaan, dan disaat itu pula aku berpikir bahwa sehat itu harganya mahal. Dengan sakit kita bisa belajar untuk menjadi hidup lebih baik dan disaat itu pula kita berpikir bahwa kita harus mencintai tubuh kita supaya kita bisa tetap sehat dan kuat.
Untuk sahabatku yudhi kamu jangan seperti aku. Kamu harus bisa lebih baik, selalu sehat dan tetap semangat. Sehat itu mahal harganya. BETUL…
Banyak kata-kata yang aku tulis, tapi kesedihan itu muncul kembali pada rona kehidupanku. Tuhan benarkah kata dokter tersebut, hidupkan tinggal menghitung bulan. Aku tidak percaya, aku punya semangat yang tinggi. Umur manusia yang mengatur hanya Yang Kuasa, dokter juga ciptaan-Mu. Aku ingin melupakan kata-kata dari dokter tersebut, tapi sulit. Ya Allah hilangkan benak itu dari jiwaku yang kuat ini. Masih banyak hutangku pada kedua orangtuaku, mereka yang membesarkanku, merawatku dan membiayaiku hingga kuliah. Aku tidak ingin mereka kecewa. Aku mohon ya Allah ijinkan aku membahagiakan mereka, jangan kau cabut nyawaku seperti halnya dikatakan oleh dokter itu. Aku ingin tetap merasakan aroma wangi bunga di bumi, udara segar dan pemandangan yang menakjubkan, bukan kubur.  Aku mohon…
Rambutku mulai rontok entah apa yang terjadi pada kepalaku. Mungkinkan ini awal aku menuju hal yang sangat aku takuti itu. Tidak!!! Ini hanya akibat salah shampo. Ya, salah shampo… sudahlah aku tidak mau banyak pikiran yang negatif. Akan kujalani hidup ini penuh warna dengan semangat dari sahabatku, aku semakin kuat berdiri di hadapan-Mu.
Pesanmu mencuat kekuatan dalam hidupku. Aku jalani kehidupanku seperti biasanya kuliah, berorganisasi dan sebagainya. Beriringnya waktu, satu detik, menit, jam aku semakin tegar dan semangat. Hidup ini memang indah, penuh warna tapi sejuta makna.
“Jangan katakan bahwa kamu menyesal mengenal saya, tapi katakanlah bahwa kamu beruntung mengenal saya”.
“Ketika waktu telah memisahkan kita, setidaknya kenanglah aku dengan mengingat dan memanggil namaku”
PENGORBANANMU TANPA PAMRIH
Untuk:Yudhi Arie Priyanto
Jika aku berdiri
Maka kamu berdiri
Jika aku terjatuh
Maka kamupun ikut terjatuh
Bahagia
Derita
Suka
Duka
Adalah pengorbanan
Kutemukan jati diri darimu seorang sahabat yang mampu berkata dengan keadaan
Tidak memandang waktu
Semampu kamu singgah dalam kehidupanku
Yakinlah sahabat, suatu kelak
Akan ada burung yang memberikan sayapnya atas pengorbanmu tanpa pamrih
Dan kamu akan terbang ke tempat kamu bisa berpijak dengan satu langkah harapan pasti
Yakni cita-cita mulia.

Leave a Reply